Kesehatan

Diabetes di Usia Muda: Musuh dalam Selimut yang Sering Nggak Kita Sadari

Arum Triwahyono - Saturday, 23 August 2025 | 12:00 PM

Background
Diabetes di Usia Muda: Musuh dalam Selimut yang Sering Nggak Kita Sadari

LINTAS BANTUAN -- Siapa sih yang nggak kenal diabetes? Penyakit ini sering banget diasosiasikan dengan orang tua, mereka yang sudah lanjut usia, atau yang punya gaya hidup kelewat santai plus doyan makan manis-manis. Mikirnya, "Ah, itu mah penyakit bapak-bapak atau ibu-ibu. Gue masih muda, masih bebas, masih kuat!" Tapi, coba deh kita ngaca lagi. Zaman sekarang, anggapan itu kayaknya udah nggak relevan-relevan banget, deh. Diabetes di usia muda itu nyata, bukan cuma mitos atau cerita horor pengantar tidur. Ironisnya, karena kita terlanjur punya stigma itu, seringkali ciri-cirinya jadi terlewat, bahkan dianggap sepele. Padahal, bahayanya nggak main-main lho!

Dulu, penyakit kayak diabetes tipe 2, yang paling umum itu, memang lebih sering menyerang di usia paruh baya ke atas. Tapi coba lihat sekeliling kita sekarang. Anak-anak muda yang baru menginjak usia 20-an, atau bahkan remaja, sudah banyak yang terdiagnosis. Ini bukan cuma fenomena di luar negeri, di Indonesia pun kasusnya makin meresahkan. Gaya hidup serba instan, makanan cepat saji yang bikin nagih tapi miskin gizi, minuman kemasan manis yang jadi teman nongkrong, sampai kurangnya aktivitas fisik karena lebih asyik scrolling media sosial atau main game berjam-jam, semuanya jadi kontributor utama. Kita sering lupa kalau badan ini butuh gerak, butuh asupan yang benar, bukan cuma yang enak di lidah sesaat.

Jangan Anggap Enteng: Kenali Ciri-Ciri Diabetes yang Sering Terlalu Kita Sepelekan

Oke, sekarang kita masuk ke intinya. Kenapa penting banget tahu ciri-ciri diabetes di usia muda? Karena, lagi-lagi, deteksi dini itu kuncinya! Semakin cepat tahu, semakin cepat ditangani, semakin kecil risiko komplikasi jangka panjang yang bikin ngeri. Dan percaya deh, ciri-cirinya itu kadang mirip banget sama keluhan sehari-hari yang kita anggap "biasa", makanya sering banget luput. Yuk, kita bedah satu per satu biar nggak lagi ketipu:

  • Sering Buang Air Kecil (Poliuria)

    Ini mungkin yang paling klasik. Tiba-tiba jadi bolak-balik kamar mandi, terutama di malam hari, padahal minumnya nggak banyak-banyak amat. Rasanya baru minum dikit, eh udah kebelet lagi. Ini terjadi karena ginjal berusaha keras membuang kelebihan gula dalam darah melalui urine. Kalau kamu merasa frekuensi pipismu meningkat drastis tanpa sebab yang jelas, jangan langsung mikir "wah, mungkin aku kebanyakan minum aja", coba cek lebih lanjut.

  • Sering Haus Nggak Ketulungan (Polidipsia)

    Nah, ini pasangannya si sering buang air kecil. Karena cairan banyak keluar, tubuh jadi dehidrasi. Akibatnya, rasa haus itu datang terus-menerus, bahkan setelah minum banyak pun rasanya masih kurang. Mau minum es teh manis, kopi susu kekinian, atau minuman bersoda, rasanya nggak pernah puas. Padahal, itu malah makin memperburuk keadaan lho!

  • Lapar Terus-Menerus (Polifagia)

    Meskipun makannya udah porsi kuli, atau baru aja makan tapi udah keroncongan lagi? Hati-hati. Ini bukan berarti kamu lagi tumbuh besar atau lagi banyak pikiran. Pada penderita diabetes, sel-sel tubuh nggak bisa menyerap glukosa (gula) sebagai energi dengan baik, padahal glukosa itu sumber energi utama. Akibatnya, tubuh mengirim sinyal "lapar" terus-menerus seolah-olah butuh asupan lagi, padahal gula di darah udah tinggi banget.

  • Berat Badan Turun Drastis Tanpa Diet

    Ini nih yang seringkali bikin sebagian orang "senang" duluan. "Wah, berat badanku turun nih, padahal makan banyak!" Eits, jangan senang dulu. Penurunan berat badan yang nggak direncanakan, apalagi sampai drastis, justru patut dicurigai. Karena tubuh nggak bisa pakai glukosa, dia akan mulai membakar cadangan lemak dan otot untuk energi. Makanya berat badan bisa melorot tajam.

  • Gampang Lelah dan Loyo

    Merasa kayak baterai HP yang lowbat terus-terusan? Padahal tidur cukup, nggak ngapa-ngapain, tapi kok rasanya lemes terus? Ini juga bisa jadi pertanda. Kurangnya energi di tingkat sel karena glukosa nggak bisa masuk, bikin tubuh jadi gampang capek. Rasanya tuh kayak habis marathon padahal cuma duduk manis di sofa.

  • Pandangan Kabur atau Buram

    Kadang, mata rasanya kok tiba-tiba burem ya? Kayak ada embunnya. Nggak permanen, tapi sering muncul. Ini bisa terjadi karena kadar gula darah yang tinggi bisa menarik cairan dari lensa mata, mengubah bentuknya, dan mempengaruhi kemampuan mata untuk fokus. Kalau dibiarkan, bisa merusak pembuluh darah kecil di mata juga, lho.

  • Luka Susah Sembuh dan Sering Infeksi

    Kena luka kecil, kok lama banget sembuhnya? Atau sering banget kena infeksi jamur, infeksi kulit, atau infeksi saluran kemih yang berulang? Kadar gula darah yang tinggi bisa melemahkan sistem kekebalan tubuh dan mengganggu proses penyembuhan luka. Jadi, bakteri atau jamur jadi lebih gampang berkembang biak.

  • Kesemutan atau Mati Rasa (Neuropati)

    Mungkin awalnya cuma kesemutan di ujung jari tangan atau kaki yang datang sesekali. Tapi lama-lama bisa jadi mati rasa atau bahkan nyeri. Ini adalah tanda kerusakan saraf (neuropati diabetik) akibat paparan gula darah tinggi dalam jangka panjang. Kalau udah begini, jangan anggap sepele sama sekali, ya.

  • Perubahan Warna Kulit (Acanthosis Nigricans)

    Pernah perhatikan area kulit di leher, ketiak, selangkangan, atau bawah payudara jadi lebih gelap dan menebal, kayak ada daki yang nggak bisa hilang? Ini namanya acanthosis nigricans, dan seringkali jadi salah satu tanda awal resistensi insulin, yang merupakan cikal bakal diabetes tipe 2. Jadi, kalau udah lihat ada ‘daki’ bandel di area ini, jangan cuma fokus pakai scrub doang, ya!

"Ah, Paling Cuma Kecapekan Biasa..." – Jebakan Berpikir Kita

Inilah masalah besarnya. Di usia muda, kita sering mengabaikan sinyal-sinyal dari tubuh. Sering buang air kecil? "Ah, mungkin kebanyakan minum kopi." Lapar terus? "Mungkin lagi masa pertumbuhan." Lelah? "Wajar, kan habis begadang nugas atau nonton series." Pandangan kabur? "Mungkin mata lelah kebanyakan main gadget." Kita cenderung mencari alasan paling sederhana dan paling tidak mengganggu untuk setiap keluhan. Padahal, di balik alasan-alasan sepele itu, bisa jadi ada sesuatu yang jauh lebih serius sedang mengintai.

Mentalitas "gue masih muda, masih kuat" seringkali bikin kita jadi jumawa sama kesehatan. Kita ngerasa badan ini bakalan selalu prima, padahal itu kayak utang yang bunganya terus berjalan. Kalau nggak segera dilunasi, suatu saat bisa bikin kita bangkrut, bahkan kesehatan kita pun bisa ludes tak bersisa. Makanya, kalau ada beberapa ciri di atas yang mulai kamu rasakan secara berulang dan nggak kunjung membaik, jangan tunda untuk cek ke dokter. Nggak perlu takut atau malu. Lebih baik tahu lebih awal dan bisa ditangani, daripada telat dan malah menyesal seumur hidup.

Yuk, Mulai Sadar dan Bertindak!

Kesehatan itu investasi paling berharga, lho. Bukan cuma soal uang atau jabatan. Percuma punya segalanya kalau badan sakit-sakitan. Jadi, mulai sekarang, yuk lebih peka sama diri sendiri. Perhatikan sinyal-sinyal dari tubuh. Jangan anggap remeh sekecil apa pun keluhan yang muncul. Kurangi makanan instan, minuman manis, dan perbanyak aktivitas fisik. Tidur yang cukup, kelola stres, dan perbanyak minum air putih. Semua itu bukan cuma slogan, tapi kunci untuk menjaga tubuh tetap sehat dan bugar.

Dan yang terpenting, jangan pernah ragu untuk konsultasi ke profesional medis. Dokter atau tenaga kesehatan bisa memberikan diagnosis yang tepat dan saran yang sesuai. Ingat, diabetes di usia muda itu bukan cuma soal penyakit fisik, tapi juga tentang kualitas hidup kita di masa depan. Jangan sampai masa muda yang seharusnya penuh semangat dan produktivitas, malah jadi terhambat karena abai sama kesehatan. Masa depan ada di tangan kita, dan sehat adalah modal utamanya!

Popular Article